Selasa, 22 Oktober 2013

Makalah SCJ



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya makalah yang berjudul “ TEKNIK PEMERIKSAAN SCJ ’’ ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang cara pemeriksaan,anatomi dan patologi dari STERNOCALVICULA JOINT. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari karya mahasiswa ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah  ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.





                                                                                                Juni 2012
                                                                                                Penulis






DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar ………………………………………………………….        i
Daftar Isi………………………………………………………………...        ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………….      1
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………      1
1.3  Tujuan………………………………………………………………..       1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Anatomifisiologi dari SCJ……………………………………………      2
2.2 Paologi dari SCJ………………………………………………………      3
2.3 PersiapaPemeriksaan…………………………………………………       3
2.4 Proyeksi Pemeriksaan…………………………………………………     4
2.5 Proses Pencucian dan Pengolahan Film………………………………      7
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………     11
3.2 Saran……………………………………………………………………   11

 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman bernama Wilhem Conrad Roentgen berhasil menemukan sinar-X pada tahun 1895 melalui percobaannya menggunakan sinar katoda. Penemuan tersebut memberikan perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam dunia kedokteran. Prinsip dari radiodiagnostik yaitu sinar-X yang mengenai suatu obyek akan menghasilkan gambaran radiograf yang dapat membantu menegakkan diagnosa adanya suatu kelainan penyakit.
Seiring semakin berkembangnya aplikasi pemanfaatan sinar-X dalam rangka penegakkan diagnosa suatu penyakit, maka teknik pemeriksaan suatu organ menjadi lebih bervariasi dengan didukung berbagai spesifikasi pesawat diagnostik yang lebih modern. Dalam hal ini salah satu pemeriksaan yang memanfaatkan sinar-X adalah sternoclavicular joint.
Sternoclavicular joint adalah sendi sinovial yang flexibel yang dibentuk oleh ujung medial Clavicula dengan MenubriumSterni dan dengan permukaan atas dari Cartilago Costalis yang pertama. Clavicula lebih menonjol keluar dari pada Sternum. Ujung medial clavicula       dipisahkan oleh Suprasternal Notch dan dapat dengan mudah dilakukan palpasi.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sbb:
1.      Anatomifisiologi dan patologi dari SCJ
2.      Persiapan pemeriksaan
3.      Teknik pemeriksaan.

1.3  Tujuan
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami:
1. Anatomifisiologi dan patologi dari SCJ
2. Persiapan pmeriksaan.
3. Teknik pemeriksaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Fisiologi dari SCJ
Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dgn clavicular notch dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis. Sendi ini memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai shock absorber.Kapsul articularisnya tebal dan kendor, diperkuat oleh lig sternoclavi anterior dan superior.
.
Ujung proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui lig. costoclavicular dan ke-dua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh adanya lig. interclavicularis. Sternoclavicular joint berperan besar dalam gerak-an shoulder girdle dan secara keseluruhan berperan dalam gerakan protraksi – retraksi, elevasi – depresi, abduksi elevasi lengan/shoulder.Pada gerakan protraksi – retraksi terjadi gerak arthrokinematika yaitu ventral slide– dorsal slide, sedangkan gerakan elevasi – depresi terjadi gerak ar-throkinematika yaitu caudal slide – cranial slide.


2.2. Patologi dari SCJ
1. Suluxatio: Spontan/trauma langsung sehingga terjadi ruptur kapsul dan clavicula meleset ke ventrocranial.
            2. Arthrosis Sternoclavicular Joint
             3. Subacute degenerative : tanpa gejala yg jelas.
• Keluhan
– Nyeri persis SCJ dan tak menyebar.
• Temuan assessment
– 1. Ngilu pada gerakan pasif di akhir ROM dan pasif horizontal adduksi nyeri dan terbatas.
– Ke 2-3 tidak nyeri tetapi bengkak local.
– Tanpa trauma timbul bengkak terutama bagian ujung medial clavicula.
– Semua gerkan pasif terjadi nyeri pada akhir ROM.
            Horizontal adduksi terjadi nyeri dan retraksi scapula sehingga terjadi nyeri.
2.3. Persiapan Pemeriksaan.
1.      Persiapan Pasien:
-          Tidak ada persiapan khusus.
-          Mengganti baju pasien dengan baju yang sudah di persiapn dan setiap benda yang mungkin menimbulkan artefak pada foto harus di lepas seprti: pakaian dalam wanita (BH) perhiasan/kalung, wanita dengan rambu yang panjang (harus di gulung)


2.      Persiapan Alat dan Bahan.
a)      Pesawat sinar-x dengan pengaturan factor factor eksposi ( KV, mA, s ) sesuai dengan ketebalan objek
b)      Kaset ukuran 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm.
c)      Marker R/L
d)     Plester
e)      Manual/automatic processing.
2.4. Proyeksi pemeriksaan.
a)PA Proyeksi ( untuk pemerisaan  bilateral SCJ )
Ø  Posisi pasien : Pasien prone di atas meja pemeriksaan.
Ø  Posisi obyek : Kedua bahu diatur sama tinggi terhadap meja pemeriksaan, kedua tangan disamping badan dengan posisi siku tolak pinggang dan sendi siku terletak di atas meja,sebaiknya pakai grid.
Ø  FFD       : Short Distance Technique ( 40 cm )
Ø  Central Ray : langsung tegak lurus (perpendicular) pada  pertengahan film
Ø  Central point : Thoracal III


Kriteria :
Ø  Tampak gambaran SCJ kanan dan kiri
Ø  Gambaran SCJ jelas walaupun akan superposisi dengan Vertebral dan Ribs.
Ø  Pemotretan bilteral untuk SCJ tidak akan rotasi.

a)      PA proyeksi.

Ø  Posisi Pasien : Pasien prone, sternoclavicula kontak ke film.
Ø  Posisi Obyek : Tangan di samping badan, dagu di atas pinggir kassett lengkapi dengan immobilisasi terhadap pasien, Atur marker anatomi, kollimator beam dan pakaian proteksi.
Ø  FFD   : Short Distance Technique (40 cm )
Ø  Central Point : langsung tegak lurus (perpendicular) pada pertengahan film.
Ø  Central Ray : langsung ke suprasternal kira-kira sejajar dengan vertebrae tharacic IV.

b)      Proyeksi PA oblique ( RAO dan LAO ) Description: C:\Users\ZAHRA.COM\Documents\scj pa obliq.jpg


Ø  Posisi Pasien : Letakkan pasien dengan prone posisi di atas mja pemeriksaan,
Ø  Posisi Obyek : Pasien di mirigkan 45 derajat, untuk RAO maka bagian kanan depan  pasien menempel dengan kaset, sedangkan untuk LAO maka bagian kiri depan pasien dekat dengan kaset.
Ø  Central Point : langsung perpendikular ke pertengahan film.
Ø  Central Ray   : setara dengan SCJ atau kira-kira 10 cm ke arah pinggir dari Vertebrae thoracal III.
Ø  FFD    : 90 s/d 100 cm.
Kriteria :
Ø  Tampak gambaran LAO dan RAO dari SCJ.

c)      Proyeksi Lateral Dengan Metode  Kurzbauer.

Ø  Posisi Pasien : Tidur miring, dengan SCJ yang akan difoto dekat pada film.
Ø  Posisi Obyek : Tubuh penderita diatur True Lateral terhadap meja pemeriksaan dan Kassette, Tangan yang dekat meja pemeriksaan lurus diarahkan ke Cranial.
Ø  Central Ra    : langsung pertengahan film, dengan sudut 15 derajat Caudal, FFD 90 s/d 100 cm.
Ø  Central Point : Sternoclavicular Jjoint yang dekat ke film.
Kriteria :
Ø   SCJ terlihat menarik (bagus).
Ø   Shoulder tidak berhimpit dengan SCJ.













2.5. Proses pencucian dan pengolahan film.

A.)Proses manual processing.
1.      Pembangkit (developer)
     Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Lamanya film dalam cairan pembangkitan tergantung dari kualitas cairan developer, bila cairan dalam keadaan baik (baru) waktu yang dibutuhkan relative singkat sesuai penglihatan radiographer, sebaliknya bila cairan developer dalam keadaan kurang baik (sering digunakan) waktu yang dibutuhkan akan lebih lama disbanding cairan baru. Pada umumnya teori tentang waktu pemrosesan pada developer adalah 4 menit.
2.      Pembilasan Pertama (rinsing)
    Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.
       3.      Penetapan (fixing)
       Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film sehingga tidak ada perubahan pada bayangan foto,. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.



4.      Pembilasan Akhir (washing)
               Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.
5.      Pengeringan (drying)
               Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

b. Automatic processing
1.      Prinsip Kerja Alat
       Fungsi dari pada APF adalah mencuci film hasil foto secara otomatis. Dengan proses mencuci film memakai cairan Develover, Fixer, dan air kemudian dikeringkan dengan elemen sehingga film lebih cepat kering.
2.  Cara Kerja Alat
      Film yang sebelumya sudah melalui proses photo dengan menggunakan Xray, kemudian diproses pada ruang gelap. Pada ruang gelap proses pencucian film menggunakan alat yang dinamakan APF (Automatic Procesing Film). Pada alat ini pencucian film dilakukan dengan tiga cairan yaitu Fixer, Developer, dan air proses pencetaan film hanya membutuhkan waktu 3 menit kurang sehingga penggunaan waktu relative lebih efisien dibandingkan dengan cara manual. Pengoperasian cetak film pada mesin ini dibantu oleh motor yang berfungsi sebagai penggerak gigi(gear) yang kemudian memutarkan roll yang membawa film pada bak developer, fixer dan air.













BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan.
Dari pembahasan di atas dpat di simpulkan bahwa : dengan menggunaka proyeksi PA, lateral, dan oblique dapat terlihat dengan jelas jika terjadi gangguan seperti :  Fraktur, Dislokai, Suluxatio, Arthrosis Sternoclavicular, dan Subacute degenerative pada steroclavicular joint.
3.2  Saran
Penulis menyadari bahwa dia adalah manusia biasa yang tiak pernah luput dari kehilafan, jadi jika terjadi kesalahan dalam makalah ini mohon di maafkan . Saya atas nama penulis mohon saran dan masukan yang membangun dari pembaca demi kebaikan makalah kami berikutnya.


















DAFTAR PUSTAKA



 






0 komentar:

Posting Komentar